Artikel

Prosesi Sungkeman dalam Adat Yogyakarta: Ungkapan Bakti dan Penghormatan dalam Pernikahan Jawa

Pernikahan adat Yogyakarta, atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Paes Ageng Ngayogyakarta Hadiningrat,” merupakan salah satu warisan budaya yang kaya akan makna dan simbolisme. Salah satu prosesi yang paling menyentuh hati dan penuh makna dalam pernikahan adat ini adalah sungkeman. Sungkeman adalah ritual penghormatan kepada orang tua dan sesepuh, di mana kedua mempelai bersimpuh dan mencium tangan mereka sebagai ungkapan rasa terima kasih dan permohonan doa restu. Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai prosesi sungkeman dalam adat Jogja, mulai dari asal-usul, makna filosofis, tata cara pelaksanaan, persiapan yang diperlukan, hingga variasi dan perkembangannya di era modern.

1. Asal-Usul dan Sejarah Sungkeman

Sungkeman merupakan tradisi yang telah mengakar kuat dalam budaya Jawa. Istilah “sungkem” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “menyembah” atau “memberi hormat”. Dalam konteks pernikahan adat Jogja, sungkeman adalah ritual penghormatan yang dilakukan oleh kedua mempelai kepada orang tua dan sesepuh keluarga.

Asal-usul sungkeman dapat ditelusuri kembali ke zaman kerajaan Mataram Kuno. Pada masa itu, sungkeman dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada raja dan para bangsawan. Sungkeman juga dianggap sebagai cara untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang yang lebih tua dan berkedudukan lebih tinggi.

Seiring berjalannya waktu, tradisi sungkeman menyebar ke masyarakat umum dan menjadi bagian dari berbagai upacara adat, termasuk pernikahan. Sungkeman kemudian dimaknai sebagai ungkapan rasa hormat dan terima kasih kepada orang tua yang telah membesarkan dan mendidik anak-anak mereka.

2. Makna Filosofis Sungkeman

Sungkeman memiliki makna filosofis yang mendalam dalam pernikahan adat Jogja. Berikut adalah beberapa makna yang terkandung di dalamnya:

  • Ungkapan Rasa Hormat dan Terima Kasih: Sungkeman merupakan wujud penghormatan kepada orang tua yang telah membesarkan dan mendidik kedua mempelai. Melalui sungkeman, kedua mempelai menunjukkan rasa terima kasih atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang telah diberikan oleh orang tua mereka.
  • Permohonan Doa Restu: Sungkeman juga menjadi momen bagi kedua mempelai untuk memohon doa restu kepada orang tua dan sesepuh keluarga. Doa restu ini dianggap sangat penting dalam pernikahan adat Jawa, karena diyakini dapat membawa keberkahan dan kebahagiaan bagi pasangan pengantin.
  • Simbol Kerendahan Hati: Sungkeman mengajarkan nilai-nilai kerendahan hati dan kesederhanaan. Dengan bersimpuh dan mencium tangan orang tua, kedua mempelai menunjukkan bahwa mereka tidak sombong dan selalu menghormati orang yang lebih tua.
  • Mempererat Ikatan Keluarga: Sungkeman juga menjadi momen untuk mempererat ikatan keluarga. Melalui sungkeman, kedua mempelai menunjukkan bahwa mereka akan selalu menghormati dan menyayangi orang tua serta keluarga mereka.

3. Tata Cara Pelaksanaan Sungkeman

Prosesi sungkeman dalam pernikahan adat Jogja biasanya dilakukan setelah panggih dan dulangan. Acara ini dihadiri oleh keluarga dekat dan kerabat dari kedua belah pihak. Berikut adalah tata cara pelaksanaan sungkeman:

  • Persiapan: Kedua mempelai akan duduk bersimpuh di hadapan orang tua dan sesepuh keluarga. Pengantin pria biasanya duduk di sebelah kanan pengantin wanita.
  • Sungkem kepada Orang Tua: Kedua mempelai akan mencium tangan orang tua mereka secara bergantian, dimulai dari ibu kemudian ayah. Setelah itu, mereka akan mengucapkan terima kasih dan memohon doa restu.
  • Sungkem kepada Sesepuh: Setelah sungkem kepada orang tua, kedua mempelai akan melakukan sungkem kepada sesepuh keluarga lainnya, seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan kakak.
  • Doa Bersama: Setelah sungkeman selesai, biasanya dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh seorang sesepuh atau tokoh agama. Doa ini bertujuan untuk memohon berkah dan kelancaran dalam kehidupan rumah tangga kedua mempelai.

4. Persiapan Sungkeman

Persiapan sungkeman tidak membutuhkan banyak perlengkapan. Yang paling penting adalah mempersiapkan mental dan spiritual kedua mempelai agar dapat melakukan sungkeman dengan khidmat dan penuh makna.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipersiapkan:

  • Tempat Sungkeman: Siapkan tempat sungkeman yang nyaman dan bersih. Biasanya, sungkeman dilakukan di ruang tamu atau di tempat khusus yang telah disiapkan.
  • Bantal dan Sajadah: Siapkan bantal dan sajadah untuk kedua mempelai agar mereka dapat duduk bersimpuh dengan nyaman.
  • Sesepuh atau Tokoh Agama: Mintalah bantuan sesepuh atau tokoh agama untuk memimpin doa bersama setelah prosesi sungkeman selesai.

5. Variasi dan Perkembangan Sungkeman

Tradisi sungkeman dalam pernikahan adat Jogja telah mengalami beberapa variasi dan perkembangan seiring dengan perubahan zaman. Beberapa variasi sungkeman yang sering ditemui antara lain:

  • Sungkeman dengan Ucapan Bahasa Jawa: Di beberapa daerah, sungkeman dilakukan dengan mengucapkan kalimat-kalimat khusus dalam bahasa Jawa kromo inggil (bahasa Jawa halus). Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua dan sesepuh.
  • Sungkeman dengan Pemberian Hadiah: Selain mencium tangan, beberapa pasangan juga memberikan hadiah kepada orang tua dan sesepuh sebagai ungkapan rasa terima kasih. Hadiah ini bisa berupa barang-barang kebutuhan sehari-hari, perhiasan, atau uang tunai.
  • Sungkeman dengan Tarian: Di beberapa daerah, sungkeman dilakukan dengan diiringi tarian tradisional Jawa. Tarian ini biasanya dilakukan oleh para penari profesional atau anggota keluarga.

Di era modern ini, banyak pasangan yang memilih untuk mengadakan sungkeman di tempat-tempat yang lebih modern, seperti hotel atau gedung pertemuan. Meskipun demikian, esensi dan makna dari sungkeman tetap dipertahankan.

6. Makna Sungkeman dalam Konteks Modern

Meskipun tradisi sungkeman telah ada sejak zaman dahulu, namun makna dan relevansinya tetap terasa hingga saat ini. Sungkeman tidak hanya menjadi ungkapan rasa hormat dan terima kasih kepada orang tua, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya nilai-nilai luhur dalam membangun keluarga.

Di era modern ini, banyak anak muda yang kurang menghargai orang tua dan sesepuh. Sungkeman dapat menjadi sarana untuk mengingatkan generasi muda akan pentingnya menghormati orang yang lebih tua dan menghargai jasa-jasa mereka.

7. Sungkeman sebagai Bagian dari Pariwisata Budaya

Tradisi sungkeman juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat budaya Jawa. Banyak wisatawan yang tertarik untuk menyaksikan prosesi sungkeman dan belajar tentang makna di baliknya.

Beberapa desa wisata di Yogyakarta bahkan menawarkan paket wisata budaya yang mencakup pengalaman mengikuti prosesi sungkeman secara langsung. Wisatawan dapat belajar tentang sejarah dan makna sungkeman, serta mencoba melakukan sungkeman kepada orang tua atau sesepuh di desa tersebut.

8. Tips Melestarikan Tradisi Sungkeman

Agar tradisi sungkeman tetap lestari, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

  • Mengajarkan Tradisi kepada Generasi Muda: Penting untuk mengajarkan tradisi sungkeman kepada generasi muda agar mereka dapat memahami makna dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
  • Mengadakan Workshop atau Pelatihan: Mengadakan workshop atau pelatihan tentang tata cara pelaksanaan sungkeman dapat menjadi cara yang efektif untuk memperkenalkan tradisi ini kepada masyarakat luas.
  • Mempromosikan Tradisi Melalui Media Sosial: Memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan tradisi sungkeman dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya.
  • Menjadikan Sungkeman sebagai Bagian dari Acara Keluarga: Sungkeman tidak hanya dilakukan dalam pernikahan, tetapi juga bisa dilakukan dalam acara-acara keluarga lainnya, seperti Lebaran, Idul Adha, atau acara syukuran.

Kesimpulan

Sungkeman adalah salah satu prosesi penting dalam pernikahan adat Jogja yang sarat dengan makna dan simbolisme. Tradisi ini bukan hanya sekadar ungkapan rasa hormat dan terima kasih kepada orang tua, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur tentang kerendahan hati, kebersamaan, dan penghormatan kepada leluhur. Dengan memahami makna dan tata cara sungkeman, kita dapat lebih menghargai dan melestarikan tradisi ini sebagai bagian dari warisan budaya yang berharga.

Penulis Konten Hotel New Saphir Yogyakarta